Harga Minyak Naik Dipicu Ketegangan Geopolitik Rusia
Harga minyak dunia naik pada perdagangan Selasa (3/6). Hal ini didorong oleh kekhawatiran investor terhadap ketegangan geopolitik yang terus berlanjut, khususnya antara Rusia dan Ukraina, serta Amerika Serikat (AS) dan Iran.
Dilansir dari Reuters, Rabu (4/6), Minyak mentah Brent naik 1,5% dan ditutup di US$65,63 per barel. Sementara West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 1,4% ke US$63,41 per barel.
Baca Juga: 2026 Permintaan Minyak Global dari AS Akan Anjlok Drastis
"Risk premium meningkat minggu ini karena prospek gencatan senjata Rusia-Ukraina maupun kesepakatan nuklir dengan Iran tampaknya tertunda selama berminggu-minggu, jika bukan berbulan-bulan," tulis Analis dari Ritterbusch and Associates.
Rusia baru-baru ini menyatakan bahwa proses perundingan damai sangat kompleks, dan tidak akan ada keputusan cepat dalam waktu dekat. Mereka kini menunggu tanggapan resmi soal proposal terbarunya dari Ukraina.
Sementara Iran dikabarkan akan menolak proposal kesepakatan nuklir yang menjadi kunci untuk mencabut sanksi ekonomi dari AS.
Dari sisi makroekonomi, inflasi di kawasan euro terus melandai, memperkuat ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter lanjutan. Suku bunga rendah cenderung mendukung permintaan minyak, karena menurunkan biaya pinjaman dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Adapun Presiden Federal Reserve Chicago, Austan Goolsbee, menuturkan bahwa kenaikan harga akibat tarif impor bisa terjadi dengan cepat, tetapi perlambatan ekonomi akibat tarif kemungkinan baru terasa dalam jangka waktu lebih lama.
Namun, Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menurunkan proyeksi pertumbuhan globalnya, dengan menyoroti dampak besar perang dagang terhadap ekonomi dari Amerika Serikat.
Baca Juga: OPEC+ Diprediksi Bakal Naikkan Produksi Minyak Lagi di Agustus
Di AS, laporan ketenagakerjaan menunjukkan peningkatan jumlah lowongan pekerjaan, namun jumlah pemutusan hubungan kerja mencatatkan kenaikan tertinggi dalam sembilan bulan terakhir, menandakan melemahnya pasar tenaga kerja akibat prospek ekonomi yang suram karena tarif di April.
(责任编辑:焦点)
- ·China Center di Poltekpar Bali Diyakini Perkuat SDM Pariwisata RI
- ·Relawan Pragibsip Doa Bersama dan Nyalakan 1.000 Lilin Cinta Indonesia
- ·Premier Li Qiang Tiba di Tanah Air, Tandai Kunjungan Resmi Tiga Hari ke Indonesia
- ·Premier Li Qiang Tiba di Tanah Air, Pemerintah Siap Perkuat Hubungan Ekonomi Indonesia
- ·BYD Indonesia Angkat Bicara soal 20 Diler BYD Bangkrut
- ·Kasus Talasemia Terus Meningkat di RI, Jawa Barat Tertinggi
- ·Tito Karnavian Jadi Plt Menkopolhukam Sampai Ada Pengganti Definitif
- ·Alasan Mau Hirup Udara Segar, Penumpang Buka Pintu Darurat Pesawat
- ·5 Minuman yang Mempercepat Metabolisme Tubuh, Bantu Turunkan BB
- ·Tom Lembong Respons Quick Count: Perjalanan Masih Panjang, Jangan Terpengaruh
- ·BYD Resmi Luncurkan Seal 06 EV
- ·CATL Nyetrum Indonesia! Bahlil Pastikan Pabrik Baterai Rp98 Triliun Dimulai Juni!
- ·Premier Li Qiang Tiba di Tanah Air, Tandai Kunjungan Resmi Tiga Hari ke Indonesia
- ·FOTO: Surga 'Food Hunter', Berburu Makanan Viral di Blok M Jakarta
- ·Cara Menanggapi Curhatan Teman yang Ingin Bunuh Diri
- ·Peran Sufmi Dasco dalam Menjaga Demokrasi dan Komunikasi Untuk Presiden Prabowo
- ·Partai Golkar Targetkan 14 Kursi DPRD DKI Jakarta di Pemilu 2024
- ·KPK Periksa Dirut PT PJB atas Kasus PLTU Riau
- ·KAI Selamatkan Aset Negara Tanah dan Bangunan Senilai Lebih dari Rp1 Triliun
- ·Tips Resepsionis untuk Tamu Hotel: Jangan Terlambat Saat Check