时间:2025-05-24 12:51:56 来源:网络整理 编辑:知识
Jakarta, CNN Indonesia-- Acute mountain sickness (AMS) jadi salah satu kondisi yang patut diwaspadai quickq最新下载入口
Acute mountain sickness (AMS) jadi salah satu kondisi yang patut diwaspadai para pendaki gunung. Apa itu?
Gunung boleh jadi memberikan kesegaran dan keindahan alam. Tapi, gunung tak melulu menyoal sesuatu yang indah. Ada juga kondisi yang perlu diwaspadai saat naik gunung, salah satunya AMS.
Secara medis, AMS dikenal juga dengan altitudes sicknessatau penyakit ketinggian. Penyakit ini juga menggambarkan kondisi edema paru pada dataran tinggi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pilihan Redaksi
|
Salah satu penyebabnya adalah kadar oksigen dan tekanan udara yang lebih rendah saat berada di ketinggian.
Dibutuhkan waktu bagi tubuh untuk menyesuaikan diri saat berada di ketinggian. Kondisi ini bisa mengakibatkan 'mabuk gunung akut.
Selain itu, faktor tenaga saat mendaki gunung juga berperan dalam memicu AMS. Misalnya, memaksa diri untuk mendaki gunung dengan cepat.
Altitudes sicknessatau penyakit ketinggian bisa memicu sejumlah gejala tergantung tingkat keparahannya. Gejala biasanya akan muncul satu hari setelah mencapai ketinggian atau langsung setelahnya.
Dalam kasus ringan, seseorang bisa mengalami gejala seperti berikut:
- pusing,
- sakit kepala,
- nyeri otot,
- insomnia,
- mual-muntah,
- mudah marah,
- kehilangan selera makan,
- tangan, kaki, dan wajah bengkak,
- detak jantung cepat,
- sesak napas saat beraktivitas fisik.
![]() |
Sementara pada kasus yang parah, AMS telah memengaruhi organ jantung, paru-paru, otot, hingga sistem saraf. Berikut beberapa gejalanya:
- batuk,
- sesak napas,
- kulit pucat,
- hilangnya keseimbangan,
- menarik diri dari lingkungan sosial.
Pendaki mana pun berisiko mengalami AMS. Hal ini utamanya sangat mungkin terjadi pada mereka yang mendaki dengan gerakan cepat dan mencoba mencapai ketinggian ekstrem.
Selain itu, orang dengan riwayat anemia, penyakit jantung, dan penyakit paru-paru juga berisiko mengalami AMS.
Selalu konsultasikan rencana mendaki gunung dengan dokter jika Anda termasuk ke dalam kelompok berisiko.
(asr/asr)Rekomendasi Kado Natal: Jam Tangan Klasik Pria dan Tips Memilihnya2025-05-24 12:50
Toyota Resmi Meluncurkan Kendaraan Listriknya2025-05-24 12:18
Mayapada Healthcare Perdalam Kemitraan dengan Apollo Hospitals India2025-05-24 12:10
FOTO: Menengok Pembuatan Kue Stroberi Sepanjang 121 Meter2025-05-24 11:57
PDIP Tugaskan 7 Kader Seniornya Jalin Kerjasama Politik di Pilkada Jakarta2025-05-24 11:54
Awas, Nyeri Perut Bagian Ini Jadi Gejala Radang Usus Buntu2025-05-24 11:32
Bhumi Mandala Festival Diharapkan Jadi Inspirasi Kembangkan Ekraf dan Budaya2025-05-24 11:18
Penerbangan Putar Balik Gara2025-05-24 11:01
Stay Safe, Jabodetabek Hujan Sedang hingga Lebat2025-05-24 10:08
Lebaran dan Pertanyaan Sakral 'Kapan', Ini Trik Menjawabnya2025-05-24 10:05
UPBU Juwatan Tarakan Gagalkan Penyelundupan Sabu 4.047 Gram, 4 Penumpang Ditangkap2025-05-24 12:31
FOTO: Menikmati Keindahan Bunga Sakura Mekar di Jerman2025-05-24 12:07
INFOGRAFIS: Minum Serai Setiap Hari, Apa Saja Manfaatnya?2025-05-24 11:59
Polisi Kasih Nomor WA untuk Laporkan Jika Ada Praktik Premanisme2025-05-24 11:46
Hadapi Idul Adha, Pertamina Patra Niaga Tambah 11.4 Juta Tabung LPG 3 kg2025-05-24 11:24
Terbaru April 2025, Daftar 73 Negara Bebas Visa untuk Paspor Indonesia2025-05-24 10:57
16 Tanda Liver Bermasalah yang Perlu Diketahui2025-05-24 10:33
Regulasi Baru Polri Soal Jurnalis Asing, Dewan Pers Tak Dilibatkan: Bertentangan dengan UU Pers2025-05-24 10:31
Polisi Grebek Pabrik Tembakau Sintetis, 2 Orang Diamankan2025-05-24 10:29
Nilai Tukar Rupiah Melemah, Airlangga: Biasa Saja2025-05-24 10:14